Akhir - akhir ini kita dikejutkan dengan kabar dari dunia pendidikan tentang kenakalan remaja yang terjadi. dari sebuah akun instagram @depok24jam terlihat postingan yang begitu memilukan bagi dunia pendidikan khususnya kita sebgai pendidik. dalam video berdurasi kurang lebih satu menit tersebut terlihat begitu anarkisnya prilaku remaja berpakaian seragam melakukan aksi anarkis pada sebuah sekolah swasta di kota Depok. akankah kita berdiam diri melihat keadaan tersebut?
Melihat hal tersebut, seharusnya kita menindak lanjuti dengan serius khususnya pada lingkup pendidiikan sekolah master. jika melihat sejarah perkembangan pendidikan kebelakang, kenakalan remaja khususnya mereka yang berada pada tingkat sekolah menengah atas sangatlah sering terjadi, semisal : tawuran, sex bebas, penyalahgunaan narkoba dan masih banyak kenakalan - kenakalan remaja yang terjadi pada tingkat pendidikan sekolah menengah atas.
kejadian yang terjadi pada tanggal (23/7) merupakan kejadian yang sering terjadi bukan hanya kemarin saja akan tetapi ini sudah terjadi bahkan menjadi budaya yang di turunkan turun temurun, generasi - ke generasi. tentunya dengan berbagai faktor sering dikaitkan dalam kejadian tersebut. kita tidak akan panjang lebar membahas asal muasal dari kejadian tersebut, karena hal sepelepun bisa menjadi pemicu dari kenakalan remaja yang terjadi.
Melihat konteks master hari ini, tentu tidak menutup kemungkinan, dilakukan oleh warga belajar kita semua, mengingat latar belakang dan kondisional yang beragam yang ada di lingkup pendidikan sekolah master. kejadian ini mungkin sering terjadi tahun - tahun belakangan di sekolah master, tentu kita tidak akan melupakan, bagaimana kita melakukan advokasi dan negosiasi terhadap anak - anak yang berhadapan dengan hukum. peristiwa itupun bisa terjadi kembali.
lalu apa yang memungkinkan dilakukan untuk mengatasi hal - hal yang tidak kita inginkan pada warga belajar kita? langkah apa yang harus dilakukan dengan maraknya aksi kenakalan akhir - akhir ini?
sejenak kita harus melihat merefleksikan diri kita semua terhadap perkembangan master dari mulai di dirikan atau di gagas sampai dengan hari ini. tentu mungkin di antara kita tidak semua mengalami bagaimana master didirikan, akan tetapi melalui cerita - cerita serta video - video yang pernah kita lihat bisa menjadi referensi kita dalam melihat sikon riil yang terjadi dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah Masjid Terminal.
kita harus menyeragamkan persepsi kita terlebih dahulu sebagai relawan pendidikan di sekolah master, pertama kita harus menyadari bahwa lingkup pendidikan sekolah master adalah melayani mereka yang tidak terlayani, istilah tersebut membenarkan selama master berkontribusi untuk pendidikan anak bangsa. kedua, kita sebagi relawan haruslah memiliki pemahaman bahwa warga belajar yang mengenyam pendidikan di sekolah master adalah mereka yang ingin menghancurkan kebodohan dalam diri mereka, terlepas latar belakang mereka yang beragam. selanjutnya setelah memahami paradigma tersebut tentu kita akan memahami bahwasannya konsep pendidikan master adalah sebuah pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All).
dari sebuah skripsi yang berjudul Pengaruh Kegiatan Home Visit Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Sekolah Gratis SMA Bina Insan Mandiri, yang disusun oleh Nana Sutarna pada penelitian tugas akhir, universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA) yang disidangkan pada tahun 2015 di sebutkan bahwa pelaksanaan home visit yang dilakuakn oleh relawan master telah berhasil meningkatkan kualitas pendidikan sebesar 25, 40 % dan sisanya dalah faktor lain yang mengikat.
dari uraian di atas terlihat sekali sebuah pendekatan kekeluargaan yang dilakukan dirasa memiliki dampak yang begitu signifikan terhadap keberhasilan pendidikan di sekolah Masjid terminal khususnya pada jenjang sekolah menengah atas. terkait hal tersebut pembahasaan pendekatan kekeluargaan (personal Aproach) merupakan solutif selama master didirikan. bagaiman kita sebagai relawan memposisikan diri sebagai orang tua mereka, kaka mereka, abang mereka atau mpok mereka dalam bahasa yang lebih sering di pergunakan di sekolah master.
ini menjadi referensi kita sebagai pendidik apalagi sekarang adalah moment dimana warga belajar baru memasuki awal - awal pembelajaran. penulis mengajak bagaimana kita melakukan pendekatan terhadap warga belajar tidak mengenal batasan latar belakang. semua sama di sekolah master, tidak ada pengkhususan bagi setiap warga belajar.
terakhir yang harus kita garis bawahi dari uraian di atas adalah mari kita lakuakan pendekatan mendidik bagi seluruh warga belajar dengan paradigma mereka adalah saudara kita, atau no seniority seperti slogan para relawan yang sering terdengar, kita harus mampu menjadi tauladan bagi mereka serta mereka merasa nyaman ketika berada di dekat kita, dengan demikian harapan akan terlaksananya tujuan mulia pendidikan bisa terlaksana, khususnya di lingkup kecil sekolah master.
ingat bahwasanya kita memiliki latar belakang warga belajar yang mungkin berbeda dengan sekolah - sekolah pada umumnya. kita adalah benteng terakhir bagi mereka, di tengah kejadian demi kejadian yang terjadi jangan pernah kiat menjust awal warga belajar dengan sangat dangkal. proses ini mungkin sangat menguras energi kita sebagai relawan akan tetapi inilah relaitas yang terjadi pada pendidikan kalangan paling bawah, dimana kita bersyukur bisa membantu merka sekaligus menyaksikan bagaimana pemerataan pendidikan itu dilaksanakan.
pendekatan kekeluargaan, serta memposisikan diri kita sebagai bagian dari mereka kiranya diharpakan dapat membatasi warga belajar dari tingkah laku dan kenakalan remaja yang marak akhir - akhir ini terjadi. Semoga.Okz
semoga. Aamiin.
ReplyDelete